Rabu, 06 September 2017




SURABAYA, JAWA TIMUR. Kamis (07/09/2017) Kapolri Jenderal Polisi Drs. H. M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D menyampaikan materi tentang terrorism, cybercrime and national security, dalam 3rd International Conference on Contemporary Social and Political Affair yang diselenggarakan oleh Fakultas ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga Surabaya.
Pada One day conference yang diselenggarakan pada hari Kamis, 7 September 2017 di Garden Palace Hotel ini, juga dihadiri pembicara lain diantaranya Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo,  Prof. Peter Grabosky (ANU College of Asia and the Pacific), Prof. Hisae Nakanishi (Global studies, Dosisha University of Kyoto) dan Dr. Robbie Peters (Director of Development Studies University of Sydney)
Kapolri Jenderal Muhammad Tito Karnavian, PhD menyampaikan bahwa terorisme yang terjadi di Indonesia saat ini tidak terlepas dari fenomena global, yang dimulai sejak berakhirnya era perang dingin antara negara Barat dengan Timur, yang dalam salah satu fasenya adalah penggunaan proxy oleh negara Barat untuk membendung hegemony Uni Sovyet di Timur Tengah, dan proxy yang paling memungkinkan digunakan saat itu adalah kelompok Islam, yang diangkat dengan issue penjajahan Sovyet yang dijabarkan sebagai kelompok komunis di Afghanistan yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga semangat perang yang diangkat saat itu adalah Islam melawan Komunis.
Mujahidin berdatangan dari segala penjuru dunia ke Afghanistan untuk memerangi Uni Sovyet, mereka di support peralatan perang, dana maupun kemampuan perang oleh negara Barat di bawah komando Amerika Serikat.
Setelah perang ini selesai dengan dimenangkan Islam, dalam hal ini Mujahidin yang didukung Amerika dan sekutunya. Kelompok Islam yang telah memiliki kemampuan perang, kemampuan intelijen dan peralatan yang diperoleh selama perang melawan Uni Sovyet tersebut, kembali ke khitahnya untuk mengembalikan kejayaan Islam dengan doktrin Salafi Jihadi, yang mengkafirkan semua orang yang berada diluar atau bertentangan dengan ide kelompoknya.
Dalam upaya mencapai cita-cita membentuk kekhalifahan, mereka memulai dengan membentuk wilayah-wilayah yang dinamakan qoidah aminah, dan mereka berharap wilayah ini semakin hari semakin meluas, hal ini bisa dilihat bagaimana mereka mencoba untuk membangun qoidah aminah di Poso, namun berhasil digagalkan oleh Polri. Dan sekarang kelompok yang terafiliasi, tengah berjuang untuk membangun qoidah aminah di Marawi, sebagai hub atau cabang qoidah aminah yang ada di Syria.
Bagi kelompok Salafi Jihadi, selain 5 rukun Islam, mereka menerapkan kewajiban ini menjadi 6, yang terakhir adalah Jihad dalam arti berperang, dan para tokoh radical yang berada di Syria telah mengeluarkan fatwa untuk tidak perlu datang ke Syria untuk melaksanakan melaksanakan Jihad, tapi dapat dilakukan di daerah masing-masing, dan bagi yang tinggal di Asia Tengggara, bisa melaksanakannta di Marawi.
Kehadiran kemajuan teknologi dibidang Informasi dan komunikasi, yang melahirkan cyber space, memberi peluang yang lebih luas bagi kegiatan terorisme ini untuk menyebarkan pengaruhnya, sehingga menimbulkan lone wolf, yaitu individu yang berjuang / berjihad sendiri, tidak terafiliasi secara fisik dengan kelompok radikal manapun, dan mereka telah menjadi radikal karena terhubung dengan motivator nya melalui internet, yang dikenal dengan nama self radicalization, dan membentuk leaderless jihad, tanpa pemimpin maupun struktur organisasi, tidak seperti jaman Jemaah Islamiyah yang disebut Kapolri sebagai first wave.
Hal yang perlu dilakukan untuk membendung aksi radikal ini, maka kepada negara-negara, Kapolri menghimbau perlunya meningkatkan kerjasama antar negara, baik ditingkat regional maupun internasional, juga dengan lembaga-lembaga non state, untuk menciptakan atmosphere yang lebih baik di dunia Islam, dan tidak untuk melemahkan Islam.
Penggunaan pendekatan yang lebih lunak, maupun upaya paksa menggunakan kekuatan secara bersamaan dan proporsional, dengan didukung saling tukar informasi, best practices dan peralatan yang didukung teknologi tinggi, diantara negara-negara di dunia dan seminimal mungkin menggunakan kekuatan militer yang akan menimbulkan collateral damage, kecuali tidak ada pilihan lain.
Mengakhiri satu jam presentasinya yang disampaikan dalam bahasa Inggris yang sangat lancar ini, Kapolri Tito Karnavian menghimbau seluruh negara di dunia maupun lembaga lembaga selain negara, untuk membentuk norma-norma yang adil, dalam rangka terbentuknya aturan bersama yang lebih konstruktif.


EmoticonEmoticon